25.3.11

Bila Bapa bekata "bukan"

Berada di hari-hari dimana penantian menjadi topik utama yang menghiasi pikiranku tidaklah semulus helaian kain sutra.
Tiap kali aku tercekat, akan ketakutan bahwa jawaban peneguhan adalah sebuah posibilitas atas kenyataan yang mungkin tak diharapkan.
Tiap hari baru dibuka oleh sang mentari, ada harap bahwa sebuah panggilan dari serangkaian nomor akan masuk di hari ini sebagai pertanda bahwa Bapa berkata "ya"
Tapi tiap kali petang menjelang hingga sang malam menutup hariku, ada resah yang menggangu.
Mengapa panggilan itu tak kunjung masuk? Dan bagaimana jika panggilan itu tetap tak masuk hingga bulan ini ditutup oleh kombinasi angka 3 & 1?
Siapkah diri ini menerima dan menghadapi kenyataan ketika Bapa berkata "bukan(dia)" ?
Aku mau taat pada setiap perkataan-Nya, namun melepaskan segenap rasa yang terlanjur berharap pada keindahan mimpi juga bukan perkara mudah.
Satu yang tak mampu dipungkiri, ada kasih yang datang dari satu ruang di hati ini yang terlanjur ditempati oleh dirinya.
Dan satu juga pintaku bila memang Bapa berkata "bukan", ubah kasih ini menjadi simpati.




Ditulis oleh aku,
sang pemimpi yang bahkan tak berani bangun dari tidurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar